Sabtu, 11 Oktober 2008

Gara-Gara Lagu Ini.

Dulu waktu gak begitu kenal sama yang namanya lagu Islami, kuping nie taunya cuma lagu-lagu dari Mas Robbie(Robbie Williams) sampe koleksi tuh semua albumnya dia. Kalo nggak ngedengerin Mas Mike Shinoda dan kawan-kawan ngebacot bareng di LINKIN PARK. Sampe sekarang masih setia siy ngedengerin album Minutes To Midnight-nya. Eh ada temen tiba-tiba ngebeli albumnya TOO PHAT yang klo gak salah judulnya masih 360 Degree. Ye gue pinjem bentar tuh kaset.

Mereka nyanyiin lagu Alhamdulillah (featuring Yasin anggota Brother - Nasyid) kala itu belum duet sama Dian Sastro trus masih ngebacot pake bahasa Inggris pula. Walau gak ngerti ucapan mereka tapi kayaknya nyentuh banget tuh lagu.

Eh waktu TOO PHAT nelorin album PLATINUM lagu itu diaransemen ulang, ngundang DIAN SASTRO buta baca puisi dilagu itu. Maklum publik Malaysia tau Dian Sastro itu lewat Perannya sebagai Cinta di AADC yang Boooming ke seantero asia itu. Dan mereka pake bahasa Melayu lagi, wuih tambah bikin nangis aja tuh bait-bait lagunya.

Hmmm gue tulisin lagi deh nie lirik lagunya :

Alhamdulillah

Dian Sastro:
Disaat waktu berhenti…kosong
Dimensi membutakan mata, memekakkan telinga
Lalu diri menjadi hampa
Saat paradigma dunia tak lagi digunakan untuk menerka
Sadarku akan hadirMU, mematahkan sendi2 yang biasanya tegak berdiri

Yassin:
Ult li albi bissaraha (I’m opening up my heart with honesty)
Hayya nab’idil karaha (Let’s avoid the hated and hatred)
Syakkireena a’ kulli ni’ma (Let’s remain thankful with what we have)
Ba’ ideena anil fattana (Let’s avoid all lies and sins)

Malique:
Merenungi luar jendela,mengagumi kebesaran yang Maha Esa
Ku menilai kehidupan dari sudut berbeza
Tak memadai hanya kecapi rasa selesa
Maukan harta yang mampu beli 1 semesta
Berpesta ke pagi botol bergelimpangan
Kekasih muda bukan takat berpegang tangan
Harta dan jamuan nafsu tidak berkekalan
Bila menjelang tua bukan itu jadi bekalan
Dan jangan puisi ini disalah tafsir pula
Bukan berkhutbah cuma betuli diri jua
Ingin hidup sempurna aset nilai berjuta, saling tukar wanita,senyum dan mati tua
Bakat dikurnia jangan disalah guna
Jangan kufur nikmat yang diberi percuma
Guna kelebihan untuk hikmah bersama
Jagalah nama hidup penuh pementasan dan drama
Ada berisi ada yang kurus, ada melencong ada yang lurus bukan semuanya tulus
ada sempuna ada kurang upaya ada yang jadi buta hanya bila sudah kaya
Sebesar rumah bermula dengan sekecil bata, boleh hilang dalam sekelip mata
Ucaplah alhamdulillah bukannya sukar, kerna semana kaya atau besar
Tetap Allahuakbar!!!

Joe Flizzow:
Jadikanlah ku tentera Fisabilillah yang tertera di kalimah harap memanduilah
Entah apabila persimpangan tiba, hidup penuh rintangan harus kuhadapinya
Harapku tidak terlupa diri bila gembira, dan cuma mula mencari KAU disaat hiba
Ku cuma manusia penuh dengan kesilapan tapi bisa membezakan cahaya dan kegelapan
Tabah bila dihalangan duri onak dan cobaan
Teguh bila dicobakan keruh kuasa dan perempuan
Sentiasa legar diminda, dikejar dan dipinta dari zaman bermula hingga ke akhirnya
Ku mengerti siapa ku tanpaMU disisi dan apa guna posesi juga posisi
Sementara ini cuma hanya puisi, nukilan tulisan dan bisikan isi hati
Mencari keterangan, menjiwai peranan menepati pesanan janji juga saranan
Alhamdulillah atas kurniaan rezeki, moga tidak terleka dalam perjalanan ini

Ahli Fiqir:
aku yang memandang di dalam lubuk hati, mencari-cari zat rahsia yang katanya tersembunyi aku yang melihat alam meliputi wujud menyertai lalu ku pindahkan alam ke dalam mata hati AKU hakiki, aku mengerti segala yang terjadi di langit dan di bumi
Gunanya tiada fantasi, pelik dan benar, qada’ dan qadar
KAU berilah ku kekuatan Agar dapat ku hindarkan segala kesesatan
Usah KAU biar nafsuku terliur dari pandangan majazi ini,
aku yang hodoh lagi hina amat benar merindui
Moga cahaya lailatul tak membutakan mataku, semoga segala puji tak ku meninggi diri
Moga segala janji dapat juga ku penuhi, moga dapatku hadapi tikaman dari belakang
Lidah setajam pisau, ku tidak akan risau dengan dugaan cabaran sepanjang perjalanan
Ku pasrah ku akur 7,8,6 Alhamdulillah Syukur…

Dian Sastro:
Sujudku pun takkan memuaskan inginku ‘tuk hanturkan sembah sedalam kalbu
Adapun kusembahkan syukur padamu ya Allah
Untuk nama,harta dan keluarga yang mencinta
Dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
Alhamdulillah pilihan dan kesempatan
Yang membuat hamba mengerti lebih baik makna diri
Semua lebih berarti akan mudah dihayati
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah

Kamis, 09 Oktober 2008

Beberapa Coretan Di Dinding Kamar


Seringkali saya iseng mau nyoret-nyoret tapi gak di kertas .



Mungkin karena bosen atau teringat masa lalu yang seneng banget ngotorin dinding rumah dengan pensil dan sebagaimya.



Yah...oleh karena itu saya punya keinginan untuk membuat seluruh tembok kamar saya penuh dengan gambar yang lucu.





Beberapa gambar itu seperti ini






Hehehe.... mungkin gambarnya gak sebagus kartunis atau ilustrator yang udah punya nama.



Tapi bisalah diapresiasikan dengan baik juga . Harapan kedepan keinginan ku ini bisa terwujud.


Amiin.



Dan ininlah beberapa gambar lainnya.







Yang satu ini gak kalah bagus loh.


Ayo sekarang semangat untuk menggambar yeah......



Rabu, 08 Oktober 2008

Seni...Oh...Seni.

Para seniman, artis, penyanyi, getol menolak RUU APP. Katanya, dengan RUU ini seni dan kreatifitas tak berkembang. Islam tak melarang seni, kecuali memang ia ketakutan tak bisa lagi 'bertelanjangria'.
Kasus kartun yang melecehkan Rasulullah saw, Satanic Verses Salman Rusdi, film Buruan Cium Gue, rencana majalah Playboy versi Indonesia, kasus Anjasmara 'telanjang', penolakan terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang dilakukan LSM-LSM feminis dan mereka yang mengatakan diri sebagai pekerja seni, serta puluhan kasus serupa yang telah menimbulkan keresahan masyarakat-hingga menyebabkan terjadinya demonstrasi dalam skala internasional, terjadi bisa dikarenakan akibat dari merebaknya ideologi kebebasan berekspresi, yakni paham liberal.
Paham ini, adalah sebuah ideologi "mentah" yang dipaksakan oleh negara-negara besar terhadap dunia ketiga.Penulis mengatakan mentah karena ideologi ini dibiarkan cair tanpa batasan-batasan yang jelas, tidak heran jika di Barat ada konvoi wanita telanjang di jalan-jalan umum, ada pesta kaum nudis ada partysex, semuanya, berdalih 'kebebasan ekspresi dan seni'.Mentah, juga karena tidak mungkin diterapkan secara fair karena jika hendak diterapkan secara fair maka mau tidak mau Barat juga harus bisa menerima "kebebasan ekspresi balasan". Walhasil ideologi kebebasan berekspresi versi Barat hanyalah teori di awang-awang, yang tidak bisa diterapkan kecuali dengan senjata dan standar ganda.
Kerusakan moral adalah penyakit serius yang sedang menjangkiti Barat akibat penerapan ideologi mentah ini, maka ketika mereka tidak bisa lagi mengatasi problem. Mau tidak mau, untuk menutupi semua borok, mereka memoles ideologi ini dengan jargon-jargon indah, serta mulai melakukan pemaksaan terhadap negara-negara Muslim untuk mengikutinya. Bahkan ada pihak-pihak yang berani memutar balikkan ayat serta maqasid syari'ah supaya umat Islam ramai-ramai menyambut hiruk-pikuk ideologi ini.
Tentu ideologi produk Barat berbeda dengan Islam. Islam adalah agama "realita", Islam bukanlah agama yang menyuruh umatnya untuk tinggal di kuil-kuil dan terus-menerus melakukan ritual meninggalkan kehidupan dunia, juga bukan ideologi yang mencampakkan penganutnya ke dalam lautan syahwat yang tidak bertepi, yang tidak mengenal halal-haram, tidak mengenal akhlak, serta menyebarkan kerusakan di mana-mana dengan dalih seni.
Islam dan Seni
Islam berinteraksi dengan manusia secara total, jiwa dan raganya, akal dan nuraninya. Jika nutrisi menghidupi badan, pengetahuan menghidupi akalnya, maka seni (al fann) yang menghidupi nuraninya.
Syeikh Yusuf Qardhawi dalam Al Islam wal Fann, hal 11-25, telah menjelaskan sikap Islam terhadap seni. Jika ruh seni adalah perasaan terhadap keindahan maka Al Qur'an sendiri telah menyebutkan "Yang membuat segala sesuatu, yang Dia ciptakan sebaik-baiknya…" (Q.S. As Sajdah:7)Surat lain menyebutkan, "Sesungguhnya kami telah menciptkan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya." (QS: At Tiin :4), dan bahkan, seorang mukmin dituntut agar selalu memiliki rasa yang dalam dan peka terhadap keindahan akan ciptaan Allah swt., firman Allah, "Apakah mereka tidak melihat langit di atas mereka, bagaimana kami telah meninggikan dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun." (QS: Qaaf :6).Dengan ini maka setiap mukmin menyukai keindahan dikarenakan efek dari keindahan Allah swt, yang juga menyukai keindahan, karena Al Jamiil (Yang Maha Indah) adalah salah satu dari nama-nama Allah swt.
Rasulullah saw. juga telah menjelaskan kepada beberapa sahabat yang mengira bahwa kecintaan terhadap keindahan bisa menafikan iman, dan menjadikan pelakunya terperosok dalam kesombongan, sebagiamana diceritakan sebuah hadist. Rasulullah bersabda,"Tidak akan masuk sorga siapa yang di hatinya ada rasa sombog, walau sebesar biji sawi." Maka berkatalah seorang lelaki, "Sesungguhnya ada seorang lelaki menyukai agar baju dan sandalnya menjadi bagus." Maka bersabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan." (HR. Muslim).
Di samping mukjizat aqliyah Al Qur'an sendiri adalah sebuah mukjizat jamaliyah. Sehingga bangsa Arab tunduk, serta tidak bisa menandingi keindahaan bahasanya, sampai sebagian mereka menyebutnya "sihir". Rasulullah sendiri telah bersabda, "Hiasilah Al Qur'an dengan suara kalian." (HR. Muslim).
Jika Islam menyeru umatnya untuk bisa merasakan, menikmati dan mentadaburi keindahan, maka tidak dilarang bagi umatnya untuk mengekspresikan keindahan yang ada dalam benak mereka. Di masa lalu, para sahabat ra. manfsirkan Al Qur'an dengan syair-syair. Sebagaimana banyak dari para imam, disamping fuqaha' mereka juga mahir dalam bersya'ir, seperti Ibnu Mubarak dan bahkan Imam Syafi'i. Maka, jika kaum perempuan, para seniman menuduh mengatakan, dengan Islam seni tak berkembang, boleh dikatakan, mereka hanyalah kumpulan orang-orang jahil yang tak benar-benar mengerti tentang Islam.
Batasan dan Tujuan Seni
Jika Islam membolehkan pemeluknya berkreativitas dan mengekspresikan apa yang ada di benak mereka, tentu Islam juga memandu agar kreativitas mereka bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan umat manusia, serta tidak dibiarkan ngloyor tanpa arah yang akhirnya saling tabrak, sehingga menyebabkan timbulnya madharat pada diri manusia sendiri. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari syair itu hikmah". (HR. Muslim), jika sebagian dari syair adalah hikmah, maka mafhum-nya menyatakan bahwa ada dalam sya'ir hal-hal yang tidak mengandung hikmah atau bahkan berlawanan dengan hikmah itu sendiri, sebagaimana sya'ir-sya'ir yang memuji kebatilan, membanggakan kebohongan, menyeru kemungkaran, membakar syahwat, mengejek Allah swt. dan Rasul saw. dll.
Hanya penyair seperti inilah yang dicela Al Qur'an dan Islam. "Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidaklah kamu melihat bahwasannya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasannya mereka suka mengatakan apa yang mereka tidak kerjakan? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal sholih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah kedzaliman…"(QS: Asy Syu'ara':224-227).
Karena itu, dalam Islam, puisi dan sastra dalam artian khusus, serta seni dalam artian lebih luas, harus memiliki tujuan dan tugas.Seni yang sahih adalah seni yang bisa mempertemukan secara sempurna antara keindahan dan al haq, karena keindahan adalah hakikat dari ciptaan ini, dan al haq adalah puncak dari segala keindahan ini. Oleh karena itu Islam membolehkan penganutnya menikmati keindahan, karena hal itu adalah wasilah untuk melunakkan hati dan perasaan.
Seni dalam Islam adalah penggerak nalar agar bisa menjangkau lebih jauh tentang apa yang berada di balik mater. Keindahan adalah salah satu sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. (Dalam Fannanul Muslim wal Ibda', Dr. Barakat Muhammad Murad, Manarul Islam No.353, Vol 30)
Dan sebaliknya Islam melarang penganutnya menikmati dan mengekspresikan tindakan-tindakan yang telah dilarang oleh agama, karena hal itu malah mencampakan para pelakunya kepada hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri.Maka para pekerja seni tidak perlu khawatir kehilangan mata pencarian dan terpasungnya kreatifitas jika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi kelak disahkan, karena masih banyak ladang selain wilayah "terlarang", karena seni bukanlah sekedar pamer aurat, prektek ciuman di tempat umum, mendendangkan lirik-lirik jorok, eksibisi lukisan telanjang, juga bukan publikasi sajak-sajak porno.
Mengekpresikan keindahan tidak perlu dengan cara nenggak bir ketika membaca puisi. Kreativitas bukanlah sekedar memprodukis film-film tidak mendidik Di sana masih banyak ladang yang belum tergarap, yaitu seni yang membuahkan maslahat bagi kita bersama, yang membuat bangsa ini bermartabat, dan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah swt.
Dengan kata lain, kita menginginkan seni yang tidak hanya berkutat pada seni itu sendiri, melainkan seni yang bisa mengantarkan kita menuju ridho-Nya. Karena itu, jika sebagaian kalangan seniman tiba-tiba merasa 'kebakaran' dengan RUU yang seharusnya melindungi martabat semua orang, kita perlu berprasangka buruk. Jangan-jangan, mereka adalah seniman yang sangat takut kehilangan 'ladangnya' atas karya-karya joroknya. Sebab dengan disahkan RUU ini, praktis, mereka tidak lagi bisa 'praktek'.
Karena itu kita terheran-heran, seorang Muslimah, lahir dan besar di kota santri seperti Pasuruan, di mana hidup dilingkungan ulama, justru bangga dengan menari erotisnya dan getol menolak RUU APP. Jangan-jangan, dia memang tak paham Islam, atau takut tak bisa menikmati kekayan dunia, karena tak bisa lagi mencari uang kecuali berlenggak-lenggok dan menari erotis? Wallahu'alam bishowab. (SUMBER : Thoriq - Mahasiswa Syu'bah Syari'ah Islamiyah Al Azhar Mesir)

BELAJAR DARI WAJAH

Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.

Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.

Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.

Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!.Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.*** (dituliskan kembali dari Manajemen Qolbu - Abdullah Gymnastiar)